Al-Qur-ân adalah Kalam Allâh yang tiada
Al-Qur-ân telah membangkitkan suatu umat yang tenggelam dalam kegelapan dan kesesatan serta membentuk mereka menjadi generasi yang belum pernah tampil dalam sejarah. Ia telah menampilkan orang-orang 'Arab dari kehidupan sebagai penggembala onta dan kambing menjadi pemimpin bangsa-bangsa yang dapat menguasai dunia serta membangun peradabannya yang begitu besar dan agung. Kesemuanya itu berkat Al-Qur-ân, mu'jizat Muhammad saw. penutup para nabi dan rasul.
Al-Qur-ân juga dengan jelas menghimbau manusia untuk percaya pada diri dan kekuatan dirinya di samping percaya dan berpegang teguh pada bantuan Ilâhi dalam wujud do'a dan shalat.
Al-Qur-ân mengingatkan manusia untuk selalu percaya kemampuannya dan kemampuan kerjanya dan bersamaan dengan itu ia membuka pintu harapan dan memohon pertolongan Allâh, terutama pada saat-saat ia tidak mampu. Inilah pemberian agama yang paling besar kepada manusia yang berupa kekuatan, kesabaran dan harapan penuh kepada Allâh. Allâh berfirman :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, minta bantuanlah kalian dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allâh bersama orang-orang yang sabar.”
(Surah Al-Baqarah (2) : 153)
Semua manusia pada dasarnya ingin mendapatkan kebahagiaan atau ketentraman, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat. Tidak ada seorang pun yang menginginkan kesengsaraan, kekecewaan atau kesempitan hidup.
Al-Qur-ânul-Karîm telah memerintahkan dan mengajarkan -- dalam bentuk do'a -- kepada kaum Muslimîn agar mereka mohon kepada Allâh Yang Maha Kuasa, supaya Dia berkenan memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat kepada mereka :
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya :
“Ya Rabb kami, berikanlah kepada kami kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.”
(Surah Al-Baqarah (2) : 201)
Telah disebutkan dalam hadits-hadits yang shahih bahwa Rasûlullâh saw. sering sekali membaca do'a ini karena kandungannya yang begitu dalam dan juga termasuk "Jawâmi'il-Kalâm", yaitu kalimat ringkas namun mengandung makna yang sempurna. Al-Imâm Ahmad telah meriwayatkan dari Anas r.a., yaitu ketika ia (Anas) ditanya : "Do'a apakah yang paling sering diucapkan oleh Rasûlullâh saw. ?". Anas berkata :
يَقُوْلُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya:
Beliau saw. -- sering – mengucapkan : “Ya Rabb kami, berikanlah kepada kami kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.”
Do'a dalam pandangan Islâm bukan sekedar permohonan atau permintaan yang didesak oleh keinginan yang sempit atau kebutuhan temporal terhadap hal-hal yang bersifat kebendaan (materiil) semata. Lebih dari itu, do'a harus dipahami sebagai ungkapan atau gambaran dari suatu cita-cita yang luas dan keinginan luhur dari seorang mu'min. Rasûlullâh saw. telah bersabda mengenai hal ini:
أَعْظَمُ النَّاسِ هَمًّا اْلمُؤْمِنُ اَّلذِيْ يَهُمُّ بِأَمْرِ دُنْيَاهُ وَ أَمْرِ آخِرَتِهِ
Artinya:
"Manusia yang paling agung (besar) cita-citanya ialah orang mu'min, yaitu orang yang bercita-cita terhadap perkara dunianya dan (juga) perkara akhiratnya".
(H.R. Ibnu Mâjah)
Dan do'a di atas -- yang sering diucapkan Rasûlullâh saw. -- sepenuhnya menggambarkan cita-cita dan keinginan seorang mu'min, yaitu cita-cita dan keinginan untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat; "Hasanah Fîd-Dun-yâ dan Hasanah Fîl-Âkhirat".
(Wallâhu A'lam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar